Kiprah muhammadiyah tak ada habis-habisnya, selalu konsisten dan berkelanjutan. Dari dakwah negara, pendidikan, sosial, kesehatan,lingkungan hidup, hukum, hingga gerak filantropinya. Corak gerakan dakwah muhammadiyah cenderung flamboyan dan rasionalis, jauh dari sikap grusah-grusuh emosional. Muhammadiyah juga selalu hadir dalam menyikapi isu-isu yang berkembang di negara maupun masyarakat.
Namun dibalik karya-karya besar mengagumkan itu, muhammadiyah masih punya PR besar, yakni memperkuat gerakan di tingkat ranting.
Ranting adalah garda terdepan untuk meneguhkan identitas muhammadiyah. Rantinglah yang paling tahu realitas, dinamika dan implikasi sosial. Jika ranting hidup, dakwah muhammadiyah akan lebih menjangkau lapisan terbawah. Beda jika titik episentrum dakwah masih tertumpu pada cabang atau tingkat kecamatan.
Fase doktrinasi nilai-nilai muhammadiyah rasanya sudah cukup, tugas berikutnya ada dipundak ranting untuk mendistribusikan ke masyarakat. Kini saatnya pikiran kita naik kelas dari sekedar pemahaman bermuhammadiyah, menjadi dakwah langsung ke tengah masyarakat.
Senada dengan pemikiran Sejarawan Kuntowijoyo tentang paradigma islam yang harus berubah dari interpretasi (baca: pemahaman) menjadi aksi (baca: kerja nyata).
Ranting di seluruh Kecamatan Moyudan sudah terbentuk, program kerja sudah tersusun, saatnya di realisasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Tentu diperlukan etos juang yang tinggi, sebagaimana W.S Rendra katakan melalui syairnya : perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari jadikan tahun 2025 menjadi momentum kebangkitan ranting muhammadiyah di Moyudan. (-habis)
Penulis:
Edy Rohman
Anggota Majelis Litbang PCM Moyudan