Catatan ringan dalam suasana merayakan Idul Adha 1446 H

Tak terbayangkan mungkin dalam benak Ibrahim bahwa suatu hari Sarah akan meminta Ibrahim agar menjauhkan Hajar dan Ismail dari pandangan matanya. Kenapa Sarah begitu?
Bukankah dia sendiri yang mempersilakan Ibrahim poligami?
Bukankah Hajar adalah pilihan Sarah sendiri?
Bukankah Sarah lebih cantik?
Bukankah Hajar hanyalah, maaf, seorang pembantu berkulit hitam?
Ah, begitulah wanita!
Pergolakan batin pun terjadi. Ibrahim adalah seorang Rasul. Ia menyerahkan seluruh keputusannya kepada Allah.
Allah Maha Sayang.
Ia perintahkan Ibrahim menuruti kemauan Sarah. Seorang istri yang setia, penuh pengabdian dan pengorbanan. Seorang wanita cantik yang menua bersama Ibrahim dalam balutan penderitaan dan beratnya perjuangan.
Allah telah menyediakan skenario terbaik. Terbaik untuk semuanya. Untuk Ibrahim yang Dia Kasihi, untuk Sarah yang setia dan untuk Hajar yang tabah.
Meski dengan berat hati, maka Ibrahim pun dengan penuh tawakkal membawa Hajar dan Ismail yang masih bayi itu meninggalkan rumahnya.
Ke mana? Ibrahim belum tahu.
Hingga akhirnya tibalah di suatu lembah yang tandus, di tengah padang pasir yang gersang ia harus meninggalkan Hajar dan anaknya di situ. Tangis pilu Hajar mengiringi kepergiannya.
Ibrahim meyakinkan bahwa semua itu adalah kehendak Allah.
Sarah bukanlah wanita jahat. Ia tidak membayangkan Ibrahim akan menaruh Hajar dan Ismail di suatu tempat yang tandus, tanpa manusia, tanpa air dan tanpa pepohonan. Ia tidak menginginkan kematian dan penderitaan madunya itu. Ia tidak menginginkan Hajar mati oleh penyamun padang pasir, binatang buas atau kelaparan. Ia hanya menginginkan Hajar jauh dari pandangan matanya. Sarah hanya cemburu!
Tapi begitulah kehendak Allah. Begitulah petunjuk-Nya.
Kelak tempat Ibrahim menaruh Hajar dan Ismail itu akan menjadi tempat paling suci dan paling mulia di dunia. Ia Makkah Al Mukarromah.
Sesungguhnya episode Idul Qurban itu tidak dapat dipisahkan dengan kisah pilu ini.
Perjalanan spiritual Ibrahim Muda mencari Tuhannya, perjuangan keras mempertahankan keimanannya, penderitaan berat karena harus terusir dari keluarga dan tanah leluhurnya itu berpadu dengan pergolakan dalam rumah tangganya.
Ibrahim dapat melalui semuanya. Ia lulus. Ia mampu mengatasi seluruh problem dalam hidupnya.
Ibrahim adalah Bapak dari seluruh Rasul sesudahnya, baik dari jalur Hajar dan Ismail, maupun dari jalur Sarah dan Ishak. Ia disiapkan Allah untuk menjadi Kekasih-Nya.
Ibrahim yang Agung.
Ia Bapak para Nabi.
Ia Bapak Pengorbanan
dan Bapak Keteladanan….
Wallaahu A’lam.
Selamat Merayakan Idul Adha. Hari ketika manusia kembali menata hati dan menata diri untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Semoga pengorbanan dan keteladanan Keluarga Ibrahim menginspirasi perjuangan kita menjadi insan yang lebih baik dan lebih dekat kepada Allah.
Amin
Tulisan oleh:
Anton Rahmat Widodo
Sekretaris Majelis Litbang dan TI PCM Moyudan